Pagi ini saya terbangun oleh alarm hp. Ga seperti biasanya yang suka pencet SNOOZE berulang-ulang, kali ini saya langsung bangkit setelah dering yang pertama. Samar-samar terdengar takbir dari masjid di sana. Mata saya masih menyipit waktu melirik jam analog di hp. Rasanya masih pengen memeluk guling lalu bertemu lagi sama siluman mimpi. Semaleman begadang nonton kembang api di teras. Gila ya, euforia lebaran di daerah pedesaan itu lebih terasa ketimbang di perkotaan. Kembang api dari banyak penjuru. Duar duarr duarrr. Entah berapa duit yang terbakar. Tapi..toh saya nikmatin juga percikan-percikan api yang indah di langit.
Setelah shalat subuh, saya balik ke kamar, sekedar cek BBM dan whatsapp. Mencari-cari pesan selain broadcast ucapan-ucapan lebaran. Sampe akhirnya Mba Dewi buru-buru menyuruh saya mandi duluan. Gantian, katanya. Ah, saya ga terbiasa mandi sepagi ini. Apalagi di daerah pegunungan yang ampun Tuhan dinginnya. Guyuran pertama aja butuh pemanasan layaknya orang mau berjuang di medan perang haha.
Yah..pagi ini pengalaman pertama saya Shalat Ied selain di Masjid Mufidah. Saya
mencicipi Masjid Al Fatah, Kalisegoro, Gunung Pati, Semarang. Ga terlalu besar, tapi lumayan bagus. Dengan cat hijau cerah yang membuat kesan masjid ini terasa sejuk luar dalam. Juga menikmati khotbah yang menyinggung-nyinggung masalah konflik Palestina-Israel. Nice topic, Pak. Saya lebih suka tema khotbah yang membakar semangat kaya gini daripada yang (lagi-lagi) soal hikmah lebaran lah, pentingnya silaturahmi lah, dan hal-hal normatif lainnya. Sambil dengerin khotbah tetiba saya ngerasa sedih. Masjid bagus begini, apa iya berbanding lurus sama kualitas keislaman umatnya? Dimana-mana masjid dimegah-megahkan tapi umatnya ditindas di negeri sendiri. Ditindas oleh
mereka melalui tangan-tangan anak bangsa sendiri. Seandainya umat ini ga mudah terperdaya. Ah, saya ga berani bermimpi umat ini bangkit segera kalo shalat subuh di masjid aja masih satu shaf, dan hanya dipenuhi manula.
Tepat jam 9 adalah saat Mba Dewi, Mas Joko, dan si Kriwil Afika Iyaaa berangkat mudik ke Boyolali. Saya? Harus pulang ke rumah. Sendirian. Di perjalanan, sambil menikmati roda motor yang menuruni jalan-jalan di pegunungan. Sambil merasakan hembusan angin yang menyibakkan kerudung saya. Sambil mendengarkan deru mesin motor yang mendendang bagaikan musik. Sambil melihat lalu-lalang sepeda motor dengan pengendara-pengendara berbaju indah. Pikiran saya jauh menerawang, mau apa dan kemana setelah sampai di rumah? Di lebaran yang sendirian ini. Hmmm..
Mall dan Hari H Lebaran
Akhirnya saya putuskan buat ngemall seharian. Sedikit manjain diri sendiri hari ini. Mulai dari nonton, makan, pijat refleks, beli kue, beli buku, dll. Pokoknya saya lakuin semua yang saya senangi hari ini. Daripada sendirian di rumah, daripada ada sodara datang lalu saya harus nemenin ngobrol sendirian, mendingan kosongin rumah sekalian kabur dari pertanyaan "Kapan Kawin?". Sodara macem apa saya ini. Haha.
Saya pikir mall hari ini sepi, dilihat dari jalanan yang lengang yang ngebikin saya memacu motor sampai 80 km/jam. Ternyata lumayan penuh sesak, apalagi di foodcourt. Penuh oleh mereka yang sepertinya perutnya sudah begah makan opor. Rata-rata mereka datang sekeluarga. Di meja makan, ada satu-dua pasang mata yang memandang aneh ke arah saya. Mungkin karena saya sendirian, ga seperti mereka. Ah, kalo saya bisa bicara langsung, saya akan bilang, "Ga usah lah ngurusin saya. Cukup bersyukur kalian bisa lebaran bareng keluarga kalian." Begitu mungkin.
Di kasir sana, bisa saya lihat segerombolan anak-anak usia sekitar 9-10 tahun yang tengah kebingungan menghitung duit patungan. Hihi ngingetin saya waktu kecil. Hari ini mereka pasti dapat amplop banyak lalu mereka pakai buat jalan bareng teman-teman. Di sisi lain, saya melihat 4 orang. Ada ayah, ibu dan dua anaknya memasuki restoran. Dari cara berpakaiannya sepertinya bukan dari golongan kaya. Ekspresi muka dua anaknya yang kegirangan memasuki restoran, seolah restoran itu seperti
tempat wisata. Saya pernah ga sengaja mendengar seorang anak yang merengek ke ibunya, "Bu, kalo lebaran nanti ajak kesitu ya.." Lalu menunjuk salah satu restoran di dekatnya. Ah, kenapa harus nunggu lebaran, Dek? Pikir saya. Bersyukur lah kita yang setiap hari bisa keluar masuk restoran tanpa beban. Sedang ada yang lain disana yang hanya sanggup ke restoran waktu lebaran saja. Miris.
---
Nah, ini ucapan lebaran dari Papa sama Bunda di Tangerang, hehe.
https://soundcloud.com/cherientan/ucapan-lebaran-dari-yang-di-tangerang-d
---
Anyways, saya ucapin..
Taqabbalallahu minna wa minkum wa ja'alanallahu minal 'aidin wal faizin
May Allah bless your day today and ever as the same as a day in Jannath Al Firdaus
May Allah make your life after death with full of His mercy
May Allah be so kind and forgiving with you
Aamiin !