This is what we usually call as tolerance.
Pertama-tama saya mohon maaf buat siapapun yang baca tulisan ini. Entah sengaja, ga sengaja, kesasar, atau kepo. Mungkin ada bahasan di tulisan ini yang agak bikin meriang.
Dewasa ini sepertinya ada pergeseran makna toleransi. Entah darimana awalnya, yang jelas yang saya rasain gempuran faham pluralisme semakin deras terasa. Oh ya, saya adalah orang yang kontra sama faham ini. Saya mengakui adanya pluralitas dalam kehidupan bermasyarakat kita. Tapi menghadapi keberagaman itu tidak dengan pluralisme, menurut saya.
Untuk seorang monotheis kaya saya, saya berusaha konsisten dengan pilihan saya. I hope so do you guys. Tuhan itu satu. Sedangkan agama itu ribuan. Saya sering denger dari orang-orang penganut pluralisme tentang kalimat ini, "Semua agama sama, sesungguhnya kita menuju Tuhan yang satu. Tuhan kita sama, hanya cara kita berbeda." Begitukah? Bukankah malah gegabah pernyataan ini? Tanpa pemikiran panjang. Kalimat yang sekilas terkesan indah, menyejukkan, dan mendamaikan. Padahal totally ngawur. Sorry to say :(
Sekali lagi saya monotheis. Saya percaya Tuhan yang satu. Ketika ada ribuan agama dengan Tuhannya masing-masing, apakah tuhan-tuhan itu sejatinya pribadi yang sama? Tentu beda. Allah dan Jesus adalah pribadi yang berbeda. Jesus dan YHWH juga pribadi yang berbeda, dst. Ga bisa disamakan. Ajarannya saja beda kok. Mau disamakan dari segi apa? Kalo sama-sama mengajarkan kebaikan, boleh aja. Tapi yang lainnya tetep beda :) Dan kita punya tanggung jawab memilih satu dari sekian ribu, mana yang kita anggap benar. Ya, benar. Pastikan masing-masing dari kita punya alasan yang kuat ketika memutuskan buat memeluk agama tertentu. Ga masalah kalo tiap-tiap pemeluk agama menganggap agamanya yang benar. Memang harusnya gitu kok. Justru yang begitu yang konsisten. Bayangkan seorang pluralis yang menganggap semua agama sama, semua tuhan sama saja. Yang ada hanyalah Inkonsistensi dari konsep ketuhanannya sendiri.
Lantas gimana cara kita bertoleransi satu sama lain? Jawabannya simpel. Yaitu dengan menghargai pilihan orang lain. Ga usah mengusik. Ga usah intervensi urusan agama lain. Apa yang emang beda ga usah dipaksa sama. Cukup yakini dan jalani ajaran agama masing-masing, ga usah dicampur aduk. Lakum dinukum waliyadin. Simpel kan?
No comments:
Post a Comment