Pages

Search This Blog

Wednesday, July 30, 2014

Day 9 : Kata Bertolt Brecht

"Buta terburuk adalah buta politik. Orang yang buta politik tak sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat, semuanya bergantung keputusan politik. Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dada dan berkoar, 'Aku benci politik!' Sungguh bodoh dia, yang tak mengetahui bahwa karena dia tidak mau tau politik, akibatnya adalah pelacuran, anak terlantar, perampokan, dan yang terburuk, korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan anak negeri."

Quote ini saya persembahkan buat mereka yang selalu bilang, "Ngapain sih ribut. Siapapun presidennya kita tetep makan beli sendiri. Yang guru tetep guru. Yang kuli tetep kuli. Yang buruh tetep buruh!" Cuma bisa menghela nafas. Hmpf. Hidup ini ga sekerdil mencari uang buat makan, kawan. Bahkan makanan yang kalian beli sendiri itu pun harganya bergantung pada keputusan politik. Life is too short to remove USB safely spend your time only for being busy of making money. Think.

Day 8 : Dear You

Dear You...
You always hold me like this. Warmly..with your open arms. Until I can't tell you all of the hurts I feel. Your hug has spread inside of my heart, that's ever been so cold of the carelessness. You kissed me on the forehead softly one more times. And at the moment that i was just quiet. Nothing to speak. Because a hug has explained everything. And surely there's no more tears, because your breath that is fanned has contact with my hair. Really I feel so calm and safe. Although if it's just for one second, i feel so damn happy.

Dear You...
In a cold night like this, when you hug me tighter, more and more you tell me about us. We are the ones who always be forgotten by them, who are not really there, who make the pain ourselves but we won't heal it together. I've got nothing to say. I just imagine your body will never be so far to see. When I hold you on the chest with my folded arms, even closer. Oh Dear, I've been sink there so long.

Dear You...
I know that I've got nothing to be proud. I know that It's too late. And even people said that I was just a trash. But you.. You could see me on the other side. And I.. I'm falling in love.

Dear You...
You are the only one who makes me a diamond between all the drains. You change me into a star in a cold night. You find me falling. You find me plunged into the dephts of misery. You pull both of my hands and give me a hug that I've never felt before.

Dear You...
I just wanna say to you, "Hey you.. Thank you to be You.." :)

Monday, July 28, 2014

Happy Eid Mubarak !

Pagi ini saya terbangun oleh alarm hp. Ga seperti biasanya yang suka pencet SNOOZE berulang-ulang, kali ini saya langsung bangkit setelah dering yang pertama. Samar-samar terdengar takbir dari masjid di sana. Mata saya masih menyipit waktu melirik jam analog di hp. Rasanya masih pengen memeluk guling lalu bertemu lagi sama siluman mimpi. Semaleman begadang nonton kembang api di teras. Gila ya, euforia lebaran di daerah pedesaan itu lebih terasa ketimbang di perkotaan. Kembang api dari banyak penjuru. Duar duarr duarrr. Entah berapa duit yang terbakar. Tapi..toh saya nikmatin juga percikan-percikan api yang indah di langit.

Setelah shalat subuh, saya balik ke kamar, sekedar cek BBM dan whatsapp. Mencari-cari pesan selain broadcast ucapan-ucapan lebaran. Sampe akhirnya Mba Dewi buru-buru menyuruh saya mandi duluan. Gantian, katanya. Ah, saya ga terbiasa mandi sepagi ini. Apalagi di daerah pegunungan yang ampun Tuhan dinginnya. Guyuran pertama aja butuh pemanasan layaknya orang mau berjuang di medan perang haha.

Yah..pagi ini pengalaman pertama saya Shalat Ied selain di Masjid Mufidah. Saya mencicipi Masjid Al Fatah, Kalisegoro, Gunung Pati, Semarang. Ga terlalu besar, tapi lumayan bagus. Dengan cat hijau cerah yang membuat kesan masjid ini terasa sejuk luar dalam. Juga menikmati khotbah yang menyinggung-nyinggung masalah konflik Palestina-Israel. Nice topic, Pak. Saya lebih suka tema khotbah yang membakar semangat kaya gini daripada yang (lagi-lagi) soal hikmah lebaran lah, pentingnya silaturahmi lah, dan hal-hal normatif lainnya. Sambil dengerin khotbah tetiba saya ngerasa sedih. Masjid bagus begini, apa iya berbanding lurus sama kualitas keislaman umatnya? Dimana-mana masjid dimegah-megahkan tapi umatnya ditindas di negeri sendiri. Ditindas oleh mereka melalui tangan-tangan anak bangsa sendiri. Seandainya umat ini ga mudah terperdaya. Ah, saya ga berani bermimpi umat ini bangkit segera kalo shalat subuh di masjid aja masih satu shaf, dan hanya dipenuhi manula.

Tepat jam 9 adalah saat Mba Dewi, Mas Joko, dan si Kriwil Afika Iyaaa berangkat mudik ke Boyolali.  Saya? Harus pulang ke rumah. Sendirian. Di perjalanan, sambil menikmati roda motor yang menuruni jalan-jalan di pegunungan. Sambil merasakan hembusan angin yang menyibakkan kerudung saya. Sambil mendengarkan deru mesin motor yang mendendang bagaikan musik. Sambil melihat lalu-lalang sepeda motor dengan pengendara-pengendara berbaju indah. Pikiran saya jauh menerawang, mau apa dan kemana setelah sampai di rumah? Di lebaran yang sendirian ini. Hmmm..

Mall dan Hari H Lebaran

Akhirnya saya putuskan buat ngemall seharian. Sedikit manjain diri sendiri hari ini. Mulai dari nonton, makan, pijat refleks, beli kue, beli buku, dll. Pokoknya saya lakuin semua yang saya senangi hari ini. Daripada sendirian di rumah, daripada ada sodara datang lalu saya harus nemenin ngobrol sendirian, mendingan kosongin rumah sekalian kabur dari pertanyaan "Kapan Kawin?". Sodara macem apa saya ini. Haha.

Saya pikir mall hari ini sepi, dilihat dari jalanan yang lengang yang ngebikin saya memacu motor sampai 80 km/jam. Ternyata lumayan penuh sesak, apalagi di foodcourt. Penuh oleh mereka yang sepertinya perutnya sudah begah makan opor. Rata-rata mereka datang sekeluarga. Di meja makan, ada satu-dua pasang mata yang memandang aneh ke arah saya. Mungkin karena saya sendirian, ga seperti mereka. Ah, kalo saya bisa bicara langsung, saya akan bilang, "Ga usah lah ngurusin saya. Cukup bersyukur kalian bisa lebaran bareng keluarga kalian." Begitu mungkin.

Di kasir sana, bisa saya lihat segerombolan anak-anak usia sekitar 9-10 tahun yang tengah kebingungan menghitung duit patungan. Hihi ngingetin saya waktu kecil. Hari ini mereka pasti dapat amplop banyak lalu mereka pakai buat jalan bareng teman-teman. Di sisi lain, saya melihat 4 orang. Ada ayah, ibu dan dua anaknya memasuki restoran. Dari cara berpakaiannya sepertinya bukan dari golongan kaya. Ekspresi muka dua anaknya yang kegirangan memasuki restoran, seolah restoran itu seperti tempat wisata. Saya pernah ga sengaja mendengar seorang anak yang merengek ke ibunya, "Bu, kalo lebaran nanti ajak kesitu ya.." Lalu menunjuk salah satu restoran di dekatnya. Ah, kenapa harus nunggu lebaran, Dek? Pikir saya. Bersyukur lah kita yang setiap hari bisa keluar masuk restoran tanpa beban. Sedang ada yang lain disana yang hanya sanggup ke restoran waktu lebaran saja. Miris.

---

Nah, ini ucapan lebaran dari Papa sama Bunda di Tangerang, hehe.

https://soundcloud.com/cherientan/ucapan-lebaran-dari-yang-di-tangerang-d

---

Anyways, saya ucapin..

Taqabbalallahu minna wa minkum wa ja'alanallahu minal 'aidin wal faizin
May Allah bless your day today and ever as the same as a day in Jannath Al Firdaus
May Allah make your life after death with full of His mercy
May Allah be so kind and forgiving with you
Aamiin !

Saturday, July 26, 2014

Day 7 : Andai Aku Jadi Enterpreneur












Sesuai polling beberapa bulan lalu (lama amat), walopun ga banyak respondennya hehe, 2 dari 4 orang udah milih Enterpreneur, a.k.a wirausahawan. Kenapa masukin opsi ini ke polling? Ya karena itu cita-cita saya. Eh kebetulan pada milihnya itu juga, pinter nerawang kayanya haha.

Jadi inget kata dosen Kewirausahaan saya dulu, wirausaha itu beda sama usaha. Bedanya kalo usaha, kamu dikasi singkong dan akan dijual dalam bentuk singkong juga. Sekedar ngambil untung dengan menjual singkong itu. Tapi wirausaha bukan pedagang. Wirausaha itu melakukan sesuatu yang kreatif dan inovatif yang sanggup mengubah sampah menjadi emas. Dan satu yang paling penting, berani mengambil resiko. Jadi sebuah singkong akan diubahnya menjadi keripik, atau makanan lain yang bisa bernilai lebih. Itu contoh.

Sebenernya udah setaun ini saya mencoba buat bisnis kecil-kecilan, jual beli baju muslim online. Yah, baru sebatas pedagang sih, blom bisa dibilang wirausahawan. Awalnya sih cuma iseng, eh lha kok jalan. Brarti mungkin rejeki saya disitu. Hmm.. Tapi walogimanapun, goal nya seorang pedagang baju itu ya jadi produsen. Saya lagi on the way kesana. Mudah-mudahan suatu saat nyampe. Aamiin. Harus yakin.

Sekarang saya berandai-andai, kalo udah jadi seorang Enterpreneur...saya pasti :
1. Kaya. Oh jelas dong hehe. Siapa yang ga pengen kaya? Islam juga menganjurkan kita menjadi kaya kok. Semakin banyak harta, semakin banyak yang bisa kita sedekahkan. Juga, menjadi kaya itu Insya Allah terhindar dari kebodohan, karena kebodohan dan kemiskinan itu siklus. Muternya disitu-situ aja. So while some of you ladies are focusing on having a rich husband, I'm focused on being a rich wife. Hoho.

2. Jadi trendsetter. Selama ini saya jadi seller, ada kecenderungan produsen/supplier saya itu memproduksi baju berdasarkan selera pasar. Gambar-gambar baju yang saya jual itu modelnya terlalu pasaran, udah terlalu banyak beredar di pasar online. Apa yang booming, itu yang diproduksi. Makanya harganya murah, karena ga ada merknya juga. Seandainya saya jadi produsen, pengen banget punya brand. Baju-bajunya ga pasaran alias hasil rancangan desainer yang bisa diajak kerja sama tentunya. Jadi justru brand saya ini yang mengendalikan selera pasar haha. Maunyaaaaa..

Duh..apalagi ya.. Sementara itu dulu deh. Hehehe..

Friday, July 25, 2014

Day 6 : Weird Things !

Sebenernya ada banyak hal yang bisa bikin saya ketakutan. Tapi poin-poin ini saya khususin, saking takutnya. Hihi. Ini dia...

1. Kecoa, cicak, anjing
Dari dulu saya takut banget sama kecoa. Apalagi kalo kecoa itu ada di dalem kamar mandi. Itu enggak banget deh, sumpah nyiksa banget. Mau kabur keluar blom pake baju, lari kesana-sini juga tembok semua. Berasa terisolasi disandera seekor kecoa. Yang jahat itu kalo kecoanya udah terbang. Ibarat perang, tanpa ampun banget serangannya. Hiks.
Cicak juga bikin jijik. Tubuhnya yang kenyal, apalagi kalo liat dianya menggeliat. Duh, ngilu. Sejak ga sengaja nginjak cicak di kamar sampe mati, saya jadi jijik. Bahkan sekedar dideketin doang saya ogahhh. Tiap ngeliat cicak, berasa dia mau membalaskan dendam kawannya yang mati di kaki saya :(
Anjing. Ini binatang yang paling nggak ganteng seduniaaaa! Liar, galak. Denger gonggongannya aja udah bikin jantung copot. Taring-taringnya seolah siap mengoyak daging kita kapanpun.

2. Setan lokal
Apa cuma saya yang mikir kalo setan-setan Indonesia itu lebih serem daripada setan impor? Drakula sih ganteng-ganteng. Vampir juga lucu lompat-lompat kaya kangguru wkwk. Nah kuntilanak, pocong, suster ngesot, nenek gayung, tuyul, genderuwo, wewe gombel, mak lampir?? So far belom pernah liat langsung sih. Tapi jangan sampe Ya Allah, amit-amit *ketok meja 3 kali*

3. Film thriller
Film thriller tersadis yang saya tonton itu Pembantaian di Sampit. Oke, itu bukan film thriller tapi pembantaian yang nyata. Hiks. Saya pernah nonton Scream di rumah temen malem-malem sampe ga brani pulang. Padahal menurut thriller lover, Scream itu kelasnya masih anak bawang. Masih mending thriller psikis macem Orphan, itu saya masih berani. Ato yang semi thriller kaya The Raid, masih brani lah. Sesadis-sadisnya The Raid itu masih ada seni beladirinya hehe. Tapi kalo seni menggorok leher, menguliti, mencincang daging, duh..enggak deh.

Talk About 'Living and Letting Live'

This is what we usually call as tolerance.

Pertama-tama saya mohon maaf buat siapapun yang baca tulisan ini. Entah sengaja, ga sengaja, kesasar, atau kepo. Mungkin ada bahasan di tulisan ini yang agak bikin meriang.

Dewasa ini sepertinya ada pergeseran makna toleransi. Entah darimana awalnya, yang jelas yang saya rasain gempuran faham pluralisme semakin deras terasa. Oh ya, saya adalah orang yang kontra sama faham ini. Saya mengakui adanya pluralitas dalam kehidupan bermasyarakat kita. Tapi menghadapi keberagaman itu tidak dengan pluralisme, menurut saya.

Untuk seorang monotheis kaya saya, saya berusaha konsisten dengan pilihan saya. I hope so do you guys. Tuhan itu satu. Sedangkan agama itu ribuan. Saya sering denger dari orang-orang penganut pluralisme tentang kalimat ini, "Semua agama sama, sesungguhnya kita menuju Tuhan yang satu. Tuhan kita sama, hanya cara kita berbeda." Begitukah? Bukankah malah gegabah pernyataan ini? Tanpa pemikiran panjang. Kalimat yang sekilas terkesan indah, menyejukkan, dan mendamaikan. Padahal totally ngawur. Sorry to say :(

Sekali lagi saya monotheis. Saya percaya Tuhan yang satu. Ketika ada ribuan agama dengan Tuhannya masing-masing, apakah tuhan-tuhan itu sejatinya pribadi yang sama? Tentu beda. Allah dan Jesus adalah pribadi yang berbeda. Jesus dan YHWH juga pribadi yang berbeda, dst. Ga bisa disamakan. Ajarannya saja beda kok. Mau disamakan dari segi apa? Kalo sama-sama mengajarkan kebaikan, boleh aja. Tapi yang lainnya tetep beda :) Dan kita punya tanggung jawab memilih satu dari sekian ribu, mana yang kita anggap benar. Ya, benar. Pastikan masing-masing dari kita punya alasan yang kuat ketika memutuskan buat memeluk agama tertentu. Ga masalah kalo tiap-tiap pemeluk agama menganggap agamanya yang benar. Memang harusnya gitu kok. Justru yang begitu yang konsisten. Bayangkan seorang pluralis yang menganggap semua agama sama, semua tuhan sama saja. Yang ada hanyalah Inkonsistensi dari konsep ketuhanannya sendiri.

Lantas gimana cara kita bertoleransi satu sama lain? Jawabannya simpel. Yaitu dengan menghargai pilihan orang lain. Ga usah mengusik. Ga usah intervensi urusan agama lain. Apa yang emang beda ga usah dipaksa sama. Cukup yakini dan jalani ajaran agama masing-masing, ga usah dicampur aduk. Lakum dinukum waliyadin. Simpel kan?

Day 5 : A Story of Kampong Halaman

Sebenernya tantangan ini udah kadaluwarsa. Tapi ga dosa juga kan kalo saya lanjutin sendiri? Biar ada bahan buat nulis juga haha.




















Oke, foto di atas sebenernya saya ambil dari akun instagram saya @cherientan. Jadi bukan foto baru.

Saat ini waktu menunjukkan pukul 2.40 pagi dan ga mungkin saya keluar rumah buat jeprat jepret lingkungan depan rumah saya. Maybe next time yaa, kalo sempet hihi. Sambil menunggu waktu sahur, ga ada salahnya sedikit berbasa basi busuk di blog yang udah sangat berdebu ini. Sebenernya berat kerasa kelopak saya dibebani bandul yang tak kasat mata. Tapi, saya takut ga kebangun sahur kalo tidur, alias bablassss.

Well, sedikit bercerita. Saat ini saya tinggal di sebuah permukiman di tengah kota Semarang. FYI, di daerah Barito, tempat dimana para PKL menyebar secara linear menjual onderdil mobil dan motor. Kawasan PKL ini terpanjang di Semarang. Mungkin juga di Jawa tengah, atau seIndonesia? Karena kawasan PKL ini memanjang sampai tiga kilometer! Cadasss vroh \m/

Rumah saya? Yang pasti bukan pas di Jalan Barito, sedikit aja belok ke salah satu gang, dimana ada gapura warna hijau. Cari rumah sederhana yang baru selese dibangun, masih peyot disana sini. Nah itu dia rumah saya. Dari lahir sampai detik ini saya masih tinggal disini. Ya mungkin bakal pindah 1-2 taun ke depan. Doain aja ya. Uhuk, kode :D

Tidak dikenali (lagi)

Kemarin sore, sebelum pulang saya sempetin dulu mampir ke Java Mall. Niat sih mau cari buku sama sekalian nonton pameran hp. Liat-liat doang ya, ga niat beli hehe. Setelah puas muter-muter, saya jalan menuju eskalator, siap-siap turun ke lantai dasar. Baru banget mau turun, dua cewe berhijab yang berdiri di dekat eskalator menyapa saya dengan senyum ramahnya. Salah satu diantara mereka menyodorkan sebuah brosur sambil berkata, "Dibaca ya mbak.." Lagi-lagi dengan senyumnya yang ramah, hangat. Ah, saya kenal muka ini. Mata yang menyipit bebarengan bibirnya yang menyunggingkan senyum. Vina?! Saya masih mengamati dia sekian detik, meyakinkan diri sendiri. Rupanya dia tau sedang diperhatikan. "Dibaca mbak," katanya lagi. Hehe, mungkin dipikirnya saya blom paham mau diapakan brosur itu karena muka saya yang setengah melongo.

Kalo memang cewe ini Vina, kenapa dia panggil saya "Mbak"? Ga mengenali saya kah?

"Vina ya?" Tanya saya akhirnya.

"Hah?" Dia kaget, hehe. "Iya. Siapa ya?"

"Aku Cherieeeee..." Jawab saya setengah girang, setengah kesal dilupakan. Hiks.

"Lhooo?! Kamu toh!" Lalu dilanjutkan dengan acara salaman dan cipoka-cipoki. Yaelah, udah saya duga ini anak emang ga mengenali saya.

Dan blah..blah..blah...pembicaraan singkat layaknya kawan yang lama ga ketemu. Sejak lulus SMA mungkin, baru kemaren ketemu lagi.

Saya udah sering denger atau liat ekspresi-ekspresi kaget itu. Bahkan SAHABAT yang baru ga ketemu beberapa bulan doang suka bilang saya tambah ini lah, tambah itu lah. Ya, tampilan saya selalu berubah. Entah itu dari badan, rambut, atau muka. Malah ada yang bilang aura saya udah beda. Apalagi dengan hijab saya sekarang, semakin susah dikenali haha. Semua perubahan itu tentunya ga disengaja. Saya juga ga tau kenapa muka saya brubah-brubah haha. Padahal saya liat temen lama saya, sampe sekarang juga gitu-gitu aja mukanya, ga berubah. Tapi saya selalu berubah dalam hitungan bulan. Parahnya, sampe sering GA DIKENALI SAMA SEKALI sama temen lama. Akhir kata, gpp ko temans, asal ga lupa nama saya aja. Huaa :'(
< >