Pages

Search This Blog

Friday, November 29, 2013

[Review] Hello, Stranger!




Belakangan lagi suka nonton film Thailand. Kalo bukan karena kawan saya Krisna Dewi Mustikasari sering upload foto cowo di BBM. Dan waktu saya tanya dia siapa, kawan saya itu langsung ngejawab, “Pacar!” “Ga mungkin hahaha,” jawab saya. Dia bilang saya ngeledek karena bilang ga mungkin. Akhirnya dengan begonya saya iyain aja. Saya juga sempet kepo nanya dia anak mana blah blah blaaah. Dia cuma jawab, “Lahacia!” Zzz. Dan berkat Google Image, saya akhirnya tau kalo si cowo itu ternyata artis Thailand, Chantavit Dhanasevi. Hahaha. Sebenernya saya terpesona sama artis itu. Habis unyu-unyu hihi. Jadi waktu saya nyari film komedi di laptop Ratna Dewi Purnaningtyas, saya nemu filmnya si Chantavit, langsung deh saya copy. Dapet dua biji, ATM sama Hello Stranger. Tapi saya lebih suka Hello Stranger karena menurut saya ATM agak garing walopun banyak orang ketawa sambil salto nonton ATM.

Dari awal sebenernya udah bisa ketebak. Cewe cowo Thailand ga saling kenal, sama-sama travelling ke Korea, ketemu disana, kenalan, akhirnya fall in love. Sama seperti drama-drama percintaan lainnya, jatuh cinta dengan orang yang baru dikenal beberapa hari. Saya sebenernya ga terlalu suka film drama cinta-cintaan. Tapi karena temen bilang ini lucu, ditambah aktornya si ganteng Chantavit, baiklah. Bukan film baru sih, tapi not bad lah buat berhahahihi sendiri di rumah. Oiya, saya ga akan jelasin panjang lebar sinopsis ceritanya. Kamu udah gede. Jadi baca sendiri DISINI ya. Hehehe.

Ide film ini sebenernya klise. Seperti yang udah saya bilang, just like another romantic drama movie. Tapi karena jalan cerita yang biasa itu dibungkus dengan joke-joke segar, juga ekspresi lucu Chantavit dan Nuengthida Sophon (pemeran cewe), akhirnya saya melek sepanjang film. Dengan muka comical dan segala polah mereka, film ini jadi ga membosankan. Setiap satu scene saya selalu menunggu scene berikutnya, pokoknya selalu pengen dimanjakan dengan joke lain di scene yang lain. Dan karena genre film ini comedy romantic, ga cuma komedi doang, jadi bakal ada acara nangis-nangis dikit di ending. Keduanya sama-sama bermasalah dalam hal percintaan. Chan yang berpacaran delapan tahun, diputus karena belum siap nikah. Dan Nueng yang diputus pacar posesifnya lewat telefon karena ketauan berbohong pergi ke Korea sendirian. Btw, saya sebut nama asli mereka karena dalam film ini sendiri tidak disebutkan nama dua tokoh itu. Keduanya punya semacam Stupid Game. Karena mereka hanyalah dua orang asing yang kebetulan ketemu, dan biar selamanya menjadi orang asing yang pernah travelling dan have fun bareng di negeri orang. Itu stupid game nya. Keduanya berjanji ga akan saling memberi tau nama masing-masing.

Jalan cerita boleh klise. Tapi ending, cukup unpredictable! Kalo boleh jujur, saya yang sotau ini sebenernya sempet salah nebak. Saya kira mereka akan jadi sepasang kekasih sepulang dari Korea, lalu nikah, bikin iri mantan masing-masing. Saya kira bakal happy ending seperti cerita Cinderella. Chan yang sebelumnya pernah galau karena ngerasa kehilangan sang mantan, sempat mengirimkan sebuah kartu pos berisi ajakan nikah berkat saran Nueng. Sayang, seorang temen yang tiba-tiba ketemu di Korea mengabarkan kalo Gui, mantannya, akan menikah dengan cowo lain. Ya, selalu banyak ‘tiba-tiba’ di sebuah film. Mari kita maklumi saja. Seperti cerita-cerita drama lainnya, lama-lama Chan dan Nueng mulai saling suka atau bahasa inggrisnya ‘Witing trisno jalaran soko kulino’ hehe, lalu jadian di Korea. Dan di saat mereka bersiap pulang ke Thailand, tiba-tiba (lagi) Gui muncul di depan rumah mencari alamat pengirim kartu pos. Rupanya Gui mau mengiyakan ajakan nikah Chan. Akhirnya Chan tetap memilih Gui, orang yang pernah menemaninya selama delapan tahun. Tau ga Gui bilang apa? “Aku cuma menikah untuk satu orang saja.” So sweeeeet sodara-sodara.

Lalu Nueng? Dia mundur dengan elegan. Sampai sini sebenernya banyak hal yang bisa dipetik. Gimana orang bisa paham posisi orang lain. Menerima. Sekalipun diri sendiri sakit, tapi ikhlas. Itu juga salah satu yang saya suka. Walo beberapa adegan ga masuk akal, film ini di sisi lain memasukkan unsur-unsur yang..apa yah. Secara emosional bisa dibilang manusiawi, logis, realistis, wajar. Susah dijelaskan. Hahaha. Tapi yang jelas, kalo saya jadi Nueng, mungkin bakal gitu juga (ini berandai-andai ato curhat ya :p). Pura-pura ketawa ketiwi minta difotoin Gui sebelum meninggalkan Korea. Ga keberatan waktu dibilang cuma orang Thailand yang Chan kenal di Korea. Memang ya, sabar itu jauh lebih berkelas daripada ngamuk-ngamuk gamparin Chan kaya preman pasar. Kalo saya pribadi sih, juga ga nyalahin Chan kenapa milih Gui. Secara udah terlanjur ngajakin nikah haha. Walopun ketemu cewe lain, saya yakin sih cowo manapun ga segampang itu ngelupain mantan yang dicintainya selama delapan tahun. Apalagi waktu putus dia bener-bener patah hati (alah bahasanya -_-). Ini manusiawi kan? Dan saya lebih suka ending kaya gini daripada mereka 'dipaksa' bersatu di ending. Yang kaya gini lebih out of mainstream. Berpisah tanpa sempat meninggalkan identitas masing-masing. Selamanya jadi stranger yang akan dikenang, nah cocok sama judul. Kalo ada penonton yang ngamuk-ngamuk kenapa mereka harus pisah, berarti kalo bukan ibu-ibu penggila Cinta Fitri, ya abege labil pecinta FTV ala SCTV.

Saya jadi paham kenapa Gui dikarakterkan bak Putri Salju. Yang cantik, feminin, bersahaja, berambut panjang, bermuka sendu, senyumnya hangat. Mungkin buat meredam amarah penonton kali ya, pasti banyak yang emosyong kenapa Chan milih Gui. Jadi seenggaknya dengan karakter itu, Gui is worth to get Chan. Kan dia disini bisa dibilang orang ketiga. Kalo di sinetron Indonesia sih pihak ketiga selalu bermuka culas, baju sexy, alis menjulang, make up tebal. Ato bisa jadi nanti endingnya si mantan antagonis bakal dicampakkan, lalu Chan pilih Nueng. Happy ending! Horeee. Dan para ababil berteriak kegirangan -_-

Akhir kata, ini cuma film. Dalam kehidupan real, identitas itu tetap penting, entah sedeket apapun akhirnya. Ingat, kejahatan bisa menimpa siapa saja, kapan saja. Kata bang napi, bukan cuma niat, tapi kesempatan. Waspadalah.. Waspadalah.. :D

No comments:

Post a Comment

< >